Malam Yang Dingin dan Gelap Gulita
Saat itu,
ketika kami semua bersiap – siap untuk makan, tiba – tiba listrikpun padam.
Serentak anak – anak perempuan teriak. Ada satu anak perempuan bernama Ismy,
dia phobia akan gelap. Jadi pas listrik padam dia langsung menjerit ketakutan. Untung
saja kami membawa lilin, wktu itu aneh juga kenapa bawa lilin. Tapi untungnya
lilinnya kepake juga… Banyak anak perempuan yang merasa ketakutan, alhasil kami
semua berkumpul di ruang TV sambil makan tentunya. Sekitar satu jam ternyata
listrik belum nyala juga dan persediaan lilin kami menipis. Yang paling
menghabiskan / boros dalam pemakaian lilin adalah ismy, karena dia kan phobia
gelap jadi mau tak mau lilin yang dinyalakan lebih dari satu dan harus berada
di depan dia. Waktu itu ia menyalakan 5 lilin sekaligus. Tapi dia masih tetap
ketakutan, dia tidak mau makan karena gelap. Beberapa anak laki termasuk saya
dan juga penjaga villa, keluar mencari lilin. Kami berpencar, sebagian ada yang
cari ke atas dan sebagian kebawah. Saya, Satrya, Ifan, dan Wildan mencari
kebawah. Setiap warung kami masuki tetapi hasilnya nihil karena sudah dibeli
oleh warga sekitar. Tidak jauh dari villa kami, ada Gardu pembangkit listrik,
ternyata Gardu itu terjadi konsleting listrik dan sedang ditangani oleh petugas.
Jadi gara – gara ini toh kenapa tiba – tiba mati lampu. Soalnya kata penjaga
villa, jarang sekali ada pemadaman lampu, jika ada pasti akan diberitahu
sebelumnya.
Akhirnya
kami menemukan warung yang jual lilin. Walaupun Cuma ada 2 kotak tapi kami
bersyukur ada yang masih menjual, setidaknya tidak sia – sia kami mencari
lilin. Kami balik ke villa dengan jalan kaki, karena tidak ada angkot yang kearah
villa kami. Sampai di villa, kami mengumpulkan lilin yang dibeli. Ternyata warung
yang berada di atas, masih menjual banyak sekali lilin nya dan itu tidak jauh
dari villa (tau gitu mending cari di atas) -___-“. Saya dan herman ke dapur
mengambil persediaan lilin itu untuk digabungkan, tapi nyatanya yang seharusnya
masih ada 1 kotak lilin kini sudah tidak ada. Saya dan herman menanyakan kepada
semua anak – anak yang ada di ruang TV tapi mereka engga tau semua. Saya dan
herman curiga pasti ada yang mengambilnya Cuma tidak mengaku. Herman memutuskan
untuk mencarinya tanpa sepengetahuan anak – anak lainnya. Beberapa anak laki –
laki bermain poker, ya karena permainan yang kami punya hanyalah kartu dan juga
gitar. Kalo main PS kan tidak bisa karena listriknya sedang padam. Anak perempuan
pun juga main poker, untungnya kami membawa beberapa set kartu, jadi yang
lainnya juga bisa main. Beberapa anak perempuan juga ada yang menemani Ismy
karena dia masih ketakutan, ada juga yang masih tetep narsis foto – foto walaupun
disuasana yang gelap karena pemadaman lampu secara mendadak. Tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 10 malam, anak perempuan ada yang sudah mengantuk tapi
takut untuk tidur dikamar. Anak laki – laki dan beberapa anak perempuan
berunding dan telah disepakati bahwa anak perempuan tidur di ruang TV dan anak
laki – laki tidur di halaman. Halaman di Villa kami ada 2, yang pertama halaman
yang menghadap ke Taman, yang kedua menghapadap ke pintu gerbang. Karena yang
menghapadap ke pintu gerbang lebih luas dan memang diperuntukan untuk parker mobil,
jadi kami anak laki – laki tidur di halaman kedua. Dan juga lebih mudah
mengawasi keadaan sekitar. Beberapa anak laki ada yang tidur di dalam, tapi
bukan diruang TV melainkan diruang Tamu karena tidak kuat akan dinginnya udara
diluar. Sebagian besar anak perempuan sudah tertidur tapi tidak untuk ismy, dia
masih ketakutan, satu – satunya cara agar dia tenang adalah dengan mengelelus –
eluskan dahinya. Entah kenapa dia meresa tenang saat di elus dahinya. Anak laki
– laki termasuk saya yang tidur dilluar tidak langsung tidur melainkan malah
bermain kartu. Sekalian ber jaga – jaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan
datang.
Waktu menunjukan
pukul 11 malam tapi Ismy masih belum tertidur juga. Sudah sekitar 6 orang
secara bergantian mengelus – elus dahinya tadi dia tidak mau tertidur juga. Akhirnya
kami (yang masih belum tidur) untuk memanggil wildan agar mengelus – elus dahinya.
Pertamanya wildan tidak mau tapi akhirnya mau juga. Wildan ini adalah bisa
dikatakan mantannya ismy, putusnya juga belum lama ini. Yang aneh nya adalah
sewaktu Wildan mengelus dahinya Ismy, hanya dengan sekali saja ismy langsung
merasa tenang dan tidak berapa lama langsung tertidur. Mungkin selama ini Ismy
masih merindukan Jawa (nama panggilan untuk wildan). Setelah jawa selesai,
langsung dia kehalaman, serentak anak – anak yang ada disana menyindir –
nyindir jawa dan megejek – ejek jawa. Jawa pun hanya terdiam. Anak laki – laki yang
berada di halaman sebagian sudah tertidur sebagian lagi masih berjaga. Tiba –
tiba ada 2 orang anak perempuan datang ke halaman, dia adalah putrid dan zeta. Mereka
berdua tidak bisa tidur, akhirnya ingut ngumpul dengan kami dan ikut bermain
kartu sambil ditemani lagu – lagu islam. (ada gitu maen kartu backsoundnya
shalawatan -___-“) , yang nyetel lagu
shalawatan adalah iip, memang lebih enak lagu shalawatan jika dalam keadaan
begini. Suasananya juga lebih adem dan juga tidak merasa gelisah. Jam menunukan
pukul 3 pagi. Yang masih bangun saya, satria, dendi dan ditemani penjaga villa.
Kemudian kami mencoba ke depan jalan, kami lihat gadu yang ada di dekat villa.
Sepertinya Gardunya sudah mulai berfungsi kembali, karena petugas yang sedang
memperbaiki gardu terlihat sedang beres – beres untuk meninggalkan tempat itu. Lalu
kami jalan – jalan di sekitar villa kemudian balik ke villa, tak terasa kami
menghabiskan 1 jam untuk jalan – jalan. Udara disana sangat dingin sekali. Satrya
punya ide agar badan kita tetap hangat. Dia berbicara kepada penjaga villa,
ternyata dia meminta izin untuk membuat api unggun. Penjaga villa malah
memperbolehkannya, dia menyiapkan peralatannya. Tapi bahan untuk pembakarannya
tidak ada. Akhirnya kami membakar sampah – sampah yang ada disekitar. Eitsss kami
membakar sampah kertas bukan plastic, atau daun – daun kering sebagai pengganti
kayu bakar. Ya walaupun baunya agak aneh, karena membakar sampah kertas, tapi tak
apalah yang penting badan menjadi hangat.
Tak berapa
lama, terdengar bunyi suara adzan subuh. Kami yang masih belum tidur
membangunkan teman – teman yang lainnya untuk shalat berjamaah. Yang sebelumnya
kami shalat di ruang TV, karena ruang TV dipakai untuk tidur, kami shalat di
ruang tamu, semua kurasi dan meja dipindahkan agar kami bisa shalat berjama’ah.
Selesai shalat, kami berkumpul
bersama,sambil ya… bisa dibilang bergosip ria… hahahaha. Waktu sudah menunjukan
jam 6 pagi, tiba – tiba brili Tanya kepada saya, kenapa lampu belum nyala juga
padahal kan Gardunya sudah dibetulin. Saya dan Brili kemudian pergi ke Halaman
Pertama untuk melihat sekring Listrik, ternyata sekringnya turun… Pantesan aja
sampai sekarang listrik tidak menyala, karena sekringnya belum dinaikan. Setelah
sekring dinaikan, lampu Menyala kembali. Nah kemudian semua diberi tugas kepada
emak, untuk anak cowo bersih – bersih villa, dan untuk anak cewe bersih –
bersih kamar dan sebagian masak.
Untuk
Kelanjutannya, Bisa dibaca diepisode selanjutnya… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar